3 Dosen STIKI Malang memberikan bekal khusus pada para siswa SMKN 5 Malang dalam menghadapi dunia kerja dan tantangan zaman saat ini pada 8-10 April silam. Salah satunya adalah Rahmat kurniawan, S.Pd, M.Pd., dosen desain komunikasi visual STIKI Malang yang memberikan pelatihan seputar cara menggambar wajah secara manual.

Meskipun terkesan sederhana, seperti penjelasan seputar sketsa dan drawing, teknik menggambar proporsi wajah yang tepat dan sebagainya, Iwan, sapaan akrabnya ingin memberikan pengalaman lebih bagi para siswa ini.

“Karena rata-rata peserta yang hadir dari jurusan multimedia yang notabene berkarya menggunakan media digital. Selain itu, juga memberi wawasan bahwa sebagai calon desainer masa depan tidak hanya bisa berkarya secara digital, namun juga punya skill dalam teknik manual atau crafting. Hal lain yang mendasari adalah dijaman digital ini, karya seni sketsa portrait dengan teknik manual justru semakin marak. Sosial media menjadi salah satu ruang bagi mereka untuk saling berbagi dan diskusi karya sekaligus sebagai sarana membangun portofolio.” Terang Iwan.

Menurutnya hal ini akan menambah wawasan berkarya anak dan secara tidak langsung ini juga mendorong generasi muda untuk menggunakan media sosial secara positif. Bicara soal social media dan bisnis online, dosen lain yang memberikan materi yakni Addin Aditya S.Kom, M.Kom., juga menjelaskan detail seputar Penerapan konsep berbisnis dengan google SEO.

Ia mengupas habis materi dan konsep e bisnis, serta optimasi mesin pencari di google. “Digitalisasi rata-rata bisnis saat ini harus e-bisnis, dimana teknologi informasi adalah support utama dalam menjalankan bisnis. Kami juga memberikan bagaimana sih pemasaran dan penjualan di internet dengan memanfaatkan kata kunci yang sedang trending melalui google adwords.” Ungkapnya.

Selain itu yang tak kalah pentingnya, Bagus Kristomoyo S.Kom., M.T., juga mengasah soft skill para calon programmer masa depan ini agar memiliki kemampuan bekerja secara tim dengan baik. “SMK kan memang fokus di hardskillnya ya, jadi terkadang ketika masuk di dunia kerja terjadi miskomunikasi. Karena kan di tempat kerja ketika harus bekerja dengan tim kita seringkali harus berhadapan dengan generasi x dan lateboomer yang pemikirannya beda. Jadi kita lebih fokus mengembangkan softskill mereka,” tandas Bagus.