Lagi lagi kabar membanggakan datang dari Sekolah Tinggi Informatika & Komputer Indonesia (STIKI). Mahasiswi jurusan Desain Komunikasi Visual angkatan 2o17 berhasil mencetak prestasi di kancah Internasional.

Oktaviana Wahyu Setyoningtyas atau sapaan akrabnya Okta membawa nama Baik STIKI di Kamboja. Okta berhasil mendapatkan Best Submission dalam rangka perlombaan Commemoration International Day of Mine Awareness and Assistance in Mine Action. 

 

“Lombanya itu mengirimkan artwork bisa esai, poster, video. namun saya memilih membuat poster. dalam poster saya , saya menggambarkan ada sebuah ranjau yg diatasnya ada bunga.  makna dari gambar tersebut seperti orang-orang yang selama ini tidak tau bahwa meskipun perang sudah berakhir, tapi sisa dari perang itu masih ada dan bisa kapan aja membuat sebuah kebahagian hancur dan diposter itu saya juga bilang untuk lebih aware lagi terhadap hal hal disekitar” Ungkap Okta.

Lomba bertemakan Explosive remnants of war (ERW) ini bersifat online yang diikuti kurang lebih 500 peserta dari 10 Negara. Beruntungnya Okta termasuk dalam 28 orang yang mendapatkan full funded sponshorship untuk mengikuti acara seminar dan sosial di Kamboja pada tanggal 3-4 april 2019.

“Sukanya lebih karena ketemu sama temen-temen dari beda budaya, Negara, Agama, latar belakang namun kita semua memiliki tujuan yang sama dan kita bisa berbagi cerita yang sama. oh iya, kita juga ada beberapa diskusi yang dilaksanakan dan saya rasa membuat kita semua openmind” Terang okta lebih lanjut.

Untuk dukanya, Okta menceritakan jadwal yang padat dan cuaca yang berbeda di Indonesia membuat Okta mudah kelelahan, namun kelelahan itu terbayar pasti ketika melihat Persiapan Okta membuat poster sehari sebelum close submission dan persiapan ke Kamboja juga sehari sehari untuk membuat materi diskusi yang akan disampaikan dan meraih Best Submission disana.

“Banyak hal menarik disana kita diajak ketempatnya undp untuk melihat bagaimana cara mencari ranjau dan dijelaskan tentang macam-macam ranjau dan alat perang. trus kita diajak juga ke tempat disabilitas namanya bentley preeyeb disana sekolah untuk orang-orang disabilitas yang awal dibangunnya untuk korban pasca perang. di tempat ini  saya bertemu dengan orang Indonesia yang sudah pengabdian 10 tahun disana” Pungkasnya lebih lanjut.

Kegiatan seminar dan diskusi  dihadiri oleh Perdana Menteri Kamboju beberapa beberapa pakar profesional terkait kemanusian  dan juga unicef diacara ini juga kedatangan duta besar dari negara-negara ASEAN dan negara-negara pemberi sponsor seperti Canada,Norwegia,Irlandia dll.

 

Harapan kedepanna untuk mahasiswa STIKI terutama  mungkin bisa ikut acara seperti ini lagi karna ini bukan cuman tentang kita lomba ,seminar dan ketemu teman dan orang baru tapi ini juga tentang kemanusiaan dan sosial dimana diharapkan kita bisa menjadi generasi muda yg bisa hidup untuk orang lain dan berguna untuk oranglain.